Unggulan

Review Buku - The Things You Can See Only When You Slow Down: How to be Calm in a Busy World

The Things You Can See Only When You Slow Down (sumber dok. pribadi)


Tepat seperti judulnya The Things You Can See Only When You Slow Down, buku ini memang harus dinikmati secara "slow down" pada waktu luang dalam keadaan pikiran yang tenang ditambah secangkir teh. Kurasa buku ini juga bisa membantu kalian yang butuh healing tanpa perlu traveling. Ini adalah salah satu cara healing yang ekonomis dan praktis.

Buku ini seperti angin sepoi di musim semi. Ya, seperti itulah kira-kira kesan yang aku rasakan ketika sedang membaca buku ini. Membuat hati terasa nyaman dan ringan ketika membaca tiap chapter yang ada. Terdapat 8 chapter yaitu (1) Rest, (2) Mindfulness, (3) Passion, (4) Relationships, (5) Love, (6) Life, (7) The Future, (8) Spirituality. Keseluruhan chapter pastinya bisa dibilang penting tapi aku akan mereview beberapa saja supaya kalian makin penasaran baca buku ini. 

Chapter 1 - Rest

Bila kalian sering merasa kesulitan mengendalikan emosi negatif, seperti anger, hatred, jealousy, feeling low, sad, bahkan eagerness. Kalian akan diberi pandangan tentang bagaimana memahami dan menyadari timbulnya emosi negatif serta cara mengatasi dengan cara slowing down dan rest, bukan dengan terus melawan.

"When you have an unpleasant feeling, don't grab hold of it. Instead leave it alone so it can flow. The wave of emotion will naturally recede on its own. Don't feed it by dwelling on it. To get food unstuck from a frying pan, just pour water in the pan and wait. After a while the food loosen on its own. Don't struggle to heal your wounds. Just pour time into your heart and wait. When your wounds are ready, they will heal on their own."

Dan ya, ungkapan ini seperti menyadarkanku melalui hal sederhana yang mungkin mungkin aku lakukan tiap hari tapi nggak pernah terpikirkan sebelumnya. Pasti akan ada hari di mana aku kesulitan membersihkan sisa masakan yang menempel di wajan dan memaksakan diri untuk langsung membersihkan. Jadi aku bisa memahami kenapa kita disarankan untuk memberikan air (time) pada perasaan (pan). 

Chapter 3 - Passion

Buku ini mengangkat subjek tentang kehidupan spiritual yang dirangkum tidak hanya dari pendapat tetapi juga berdasarkan pengalaman yang telah dilalui penulis. Meski terdapat nilai ajaran agama Budha, buku ini tetap bisa dinikmati oleh khalayak umum. Kalian bisa ambil nilai-nilai yang layak untuk dijadikan pandangan hidup yang lebih baik.

Pada chapter 3 ini mengisahkan pengalaman penulis ketika begitu antusias mengajar subjek yang ia minati. Ia memberikan banyak perhatian demi membuat murid-muridnya bisa menyerap ilmu sebanyak mungkin dengan beragam kegiatan. Namun semakin hari ia bisa merasakan bahwa beberapa murid mulai lelah dengan kegiatan ini, bahkan beberapa kali tidak mengerjakan tugas yang diberikan.

Di sini ia sempat merasa kecewa karena antusiasnya dalam mengajar justru tidak sinergi dengan yang diharapkan oleh para murid. Tetapi ia menyadari mungkin terlalu memaksakan kehendak dengan cara yang hanya baik menurutnya tapi tidak menurut para murid. Sekalipun memiliki maksud yang baik tapi tidak ada gunanya bila pada akhirnya tidak bisa diterima dengan baik.

"No matter how effective the medicine may be, if you demand that someone take it, it can taste like poison."

Anggaplah buku The Things You Can See Only When You Slow Down ini sebagai cara untuk memotivasi tapi tanpa menghakimi dan tak memaksa. Kalian akan diajak untuk lebih mengenal diri sendiri dan juga orang lain. Melalui berbagai analogi, penulis berusaha memudahkan pembaca agar memahami konsep yang diuraikan. Contohnya pada ungkapan berikut:

"Be the kind of person who can put yourself in someone else's shoes and understand something not just from your own perspective but from theirs as well.

Dimaksudkan bahwa kita perlu memposisikan diri sebagai orang lain agar kita bisa memahami segala sesuatu tidak hanya dari sudut pandang pribadi tetapi juga sudut pandang orang lain. Dengan demikian kita bisa belajar menjadi lebih bijaksana dengan cara berempati dan toleran. Tidak terburu-buru menilai suatu keadaan hanya dari satu sisi, bisa jadi ada banyak hal lain yang belum kita ketahui. 

Seperti itulah gambaran singkat tentang buku ini, mungkin ringan dibaca tapi perlu pemikiran yang dalam untuk bisa benar-benar memaknai dengan bijak. Tenang saja, kurasa nggak akan membosankan karena buku ini tidak padat dengan narasi tapi banyak diselingi dengan ilustrasi dan bait-bait singkat seperti syair.

I'm quite sure you won't regret reading this book. Just take your time and make space for each lines to sink into your heart. Then, last but not least, here's one of my favorite lines from this heart warming book. 

"Life is like theater. You are assigned a role. If you don't like the role, keep in mind that you have the power to re-create the role you want." 

Baca juga artikel tentang cara menjaga kesehatan secara metal dan fisik supaya kalian bisa menjadi pribadi yang lebih bahagia.

Informasi buku:

Penulis: Haemin Sunim Penerjemah: Chi-Young Kim and Haemin Sunim Tahun: 2014 Penerbit: Penguin Books ISBN: 978-0-241-34066-0 Genre: Non Fiksi  Halaman: 145 hlm Subjek: Spiritual Life (Buddhism)  


Komentar