Aku selalu heran
mengapa sakit hati bisa membuat seseorang menangis. Padahal sakit hati bukanlah
sakit dalam arti sesungguhnya, layaknya sakit kanker ataupun gagal ginjal.
Tetapi seperti kita ketahui bahwa efek sakit hati terutama karena cinta dapat
mengakibatkan seseorang merasa tak berdaya, putus asa dan tidak punya harapan.
Paling mengkhawatirkan jika stadium sakit hati yang diderita cukup parah sampai
melemahkan kinerja otak hingga tidak dapat berpikir logis. Fatalnya bila sampai
pada stadium akhir yang membawa kematian, bunuh diri.
Tampaknya karena
terlalu mencintai manusia membuatnya lupa untuk lebih mencintai Penciptanya dan
lebih memilih pergi untuk menyambut hangat neraka. Tapi pernahkan terpikir
bahwa mungkin memang seperti itulah takdirnya. Ditakdirkan untuk menyerah akan
kehidupan. Hanya Tuhan yang tahu dan semua hal yang terjadi adalah ketetapan
Tuhan. Aku selalu percaya bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik untuk
manusia. Bahkan bila jalan terbaik berupa memberikan suatu musibah. Namun
pernahkan mencoba untuk memandangnya dari sisi berbeda. Mungkin Tuhan memberi
cobaan untuk membuat kita menyadari akan sesuatu hal yang terlupakan atau
bahkan belum kita ketahui.
Dalam kasus
lain, misalkan ada kalanya orangtua akan membiarkan anaknya yang merangkak
untuk mencoba berjalan dengan kedua kaki meski kemudian terjatuh. Mungkin
sesekali orangtua akan menolongnya dengan menghibur meredakan tangis. Sesekali
mengulurkan tangannya untuk membantu sang anak agar mudah berjalan. Memberi
peringatan jika berjalan kearah yang salah. Bahkan hingga dewasa pun orangtua
terkadang memperingatkan atau memarahi kita akan suatu hal. Semua itu bukan
karena benci, tapi karena takut dan tidak ingin anaknya akan semakin terluka
nantinya. Itulah salah satu wujud cinta dan kasih sayang yang sejati. Tapi terkadang
kita justru menyepelekan orang yang mencintai dengan tulus, keluarga dan
sahabat.
Dan inilah aku
yang kini sedang patah hati. Maafkan aku Tuhan karena aku terlalu mencintai
manusia. Mungkin ini hukuman dariMu karena aku mempercayakan hatiku pada lelaki
yang kini justru memberi luka dalam. Stadium sakit hati yang aku derita
mencapai pada fase bahwa aku berharap amnesia. Tidak sedendam itu hingga ingin
menghapus lelaki itu dari ingatanku tetapi tolong hapuskan perasaanku. Hingga
saat aku teringat atau melihatnya maka aku tak lagi merasa tersiksa. Terasa
sesak, seolah benar-benar sakit di dada hingga sulit bernapas. Kemudian yang
terlintas hanyalah pikiran negatif dan kenangan lama yang hadir kembali. Dan pertanyaan yang selalu muncul adalah “mengapa”.
Mengapa harus
terjadi? Mengapa harus jatuh cinta? Mengapa harus menyakiti?
Aku mencoba
mengabaikan saran mereka yang memandang dia sebelah mata. Salahkah aku yang
berusaha membuktikan agar mereka mau percaya bahwa dunia ini begitu luas. Aku
ingin meyakinkan bahwa selama ini mereka memandang terlalu sempit dan berbeda
dari yang dapat aku lihat. Mungkin ada keraguan dengan dirinya yang tak nyata
hadir di hadapanku. Atau keraguan akan jarak yang memisahkan kami. Aku
memaklumi mereka tetapi aku mencoba pasrahkan pada Tuhan. Aku yang
percaya bahwa masih banyak orang baik di luar sana, mungkin dia salah satunya. Aku percaya Tuhan
memperkenalkan aku dan dia bukan tanpa alasan.
Namun kini aku benci mengatakan “ Ya, mereka
benar.”
*bersambung...
Komentar
Posting Komentar