Langsung ke konten utama

Unggulan

Review Buku - The Things You Can See Only When You Slow Down: How to be Calm in a Busy World

The Things You Can See Only When You Slow Down (sumber dok. pribadi) Tepat seperti judulnya The Things You Can See Only When You Slow Down , buku ini memang harus dinikmati secara " slow down " pada waktu luang dalam keadaan pikiran yang tenang ditambah secangkir teh. Kurasa buku ini juga bisa membantu kalian yang butuh healing tanpa perlu traveling . Ini adalah salah satu cara healing yang ekonomis dan praktis. Buku ini seperti angin sepoi di musim semi. Ya, seperti itulah kira-kira kesan yang aku rasakan ketika sedang membaca buku ini. Membuat hati terasa nyaman dan ringan ketika membaca tiap chapter yang ada. Terdapat 8 chapter yaitu (1) Rest, (2) Mindfulness, (3) Passion, (4) Relationships, (5) Love, (6) Life, (7) The Future, (8) Spirituality. Keseluruhan chapter pastinya bisa dibilang penting tapi aku akan mereview beberapa saja supaya kalian makin penasaran baca buku ini.  Chapter 1 - Rest Bila kalian sering merasa kesulitan mengendalikan emosi negatif, seperti anger

Review Novel - Critical Eleven by Ika Natassa





Judul : Critical Eleven
Penulis : Ika Natassa
Halaman : 344 hlm, 20 cm
Cetak : 2015 (cetakan pertama)
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
ISBN : 978-602-03-1892-9

Rating (*****) – dari 5 bintang

Awas!!! ini mengandung spoiler hahaha. Mending jangan baca sinopsis dibawah ini. Lebih baik kalian langsung baca bukunya biar seru. Kalau kalian pembaca setia karya Ika Natassa, aku yakin kalian juga akan suka novel ini. Happy reading  

Sinopsis
Tanya Baskoro pertama kali bertemu dengan Aldebaran Risjad saat penerbangan menuju Sydney. Bermula dari suatu percakapan sederhana antara sesama penumpang. Sekedar untuk mengisi waktu selama penerbangan panjang yang membosankan. Percakapan berubah semakin akrab, berisi canda dan tawa. Percakapan yang membuat Anya menebak-nebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Atau Anya hanya terlalu berharap akan pertemuan yang mungkin bisa kembali terjadi.
Lima tahun berlalu sejak pertemuan pertama Anya dan Ale. Pertemuan singkat yang menumbuhkan perasaan begitu dalam pada keduanya. Kini telah memasuki tahun ke empat pernikahan mereka. Kehidupan berjalan begitu cepat dan terasa sempurna bagi mereka. Bahkan semua kerabat pun iri dengan kedua pasangan serasi ini. Tapi tidak seorang pun mengetahui bahwa sejak beberapa bulan lalu kehidupan pasangan serasi ini jauh dari perkiraan mereka.
Selama enam bulan terakhir mereka bagai dua orang asing yang terpaksa tinggal di satu atap. Tidak ada kehangatan dan tawa yang menghiasi tempat yang dulu disebut rumah. Kehilangan darah daging yang telah dikandung Anya selama sembilan bulan. Sebuah kehilangan yang menorehkan luka begitu dalam pada Anya dan Ale. Mereka tenggelam dalam kesedihan dengan memilih cara mereka sendiri.
Ale merasa sudah cukup lama bersabar menghadapi sikap Anya yang begitu dingin terhadapnya. Tembok pertahanan Anya seolah semakin tinggi. Semakin hari yang Anya lakukan hanyalah menghindar dari kenyataan. Sekian banyak kenangan manis bersama Ale yang tidak mau menguap dari otak Anya. Begitu juga luka yang ditorehkan oleh Ale, membuat Anya meragukan pilihan hidupnya. Manusia tidak pernah tahu takdir yang ditentukan oleh Penciptanya. Hanya bisa menebak pesan apa yang sebenarnya ingin Tuhan sampaikan dalam setiap kejadian. Akankah Ale mampu menghancurkan tembok pertahanan Anya atau Anya semakin tenggelam dalam dunianya sendiri?

Review
Ada hal yang aku sadari saat membaca sampai pada Bab 2, yaitu aku terkecoh. Aku sudah menebak ini-itu sejak membaca Bab 1, seolah memahami kemana cerita akan mengalir. Sepertinya aku masih terjebak dengan alur cerita novel Ika Natassa yang sebelumnya, ‘Antologi Rasa’ dan ‘A Very Yuppy Wedding’. Ternyata diluar ekspektasi yang aku bayangkan. Novel ini mengusung satu konflik utama, sederhana tapi menjadi rumit karena menyangkut hal yang sensitif. Tentang perasaan kehilangan yang tidak mudah untuk dipahami.      
Pembaca dibuat merangkai sendiri kepingan cerita yang acak dari masa lalu dan masa kini. Benar-benar alur cerita yang menyiksa perasaan, sedih, bahagia, sedih lagi. But you gonna like this. Membaca novel ini seperti sedang menyantap teka-teki, sesuap demi sesuap. Dimana tiap sendoknya dapat mengurangi lapar akan jawaban tentang rasa bingung dan penasaran.
Gaya cerita dari sudut pandang kedua tokoh utama semakin memperlihatkan perang yang berkecamuk di batin Ale dan Anya. Hal itu yang menyiksa perasaan pembaca yang berhasil hanyut dalam cerita. Tidak jarang merasa ketar-ketir karena tidak setuju dengan tindakan para tokoh utama. Diam-diam merasa takut konflik semakin runyam. Aku sudah terlanjur suka dengan Ale dan Anya.     

Komentar