Langsung ke konten utama

Unggulan

Review Buku - The Things You Can See Only When You Slow Down: How to be Calm in a Busy World

The Things You Can See Only When You Slow Down (sumber dok. pribadi) Tepat seperti judulnya The Things You Can See Only When You Slow Down , buku ini memang harus dinikmati secara " slow down " pada waktu luang dalam keadaan pikiran yang tenang ditambah secangkir teh. Kurasa buku ini juga bisa membantu kalian yang butuh healing tanpa perlu traveling . Ini adalah salah satu cara healing yang ekonomis dan praktis. Buku ini seperti angin sepoi di musim semi. Ya, seperti itulah kira-kira kesan yang aku rasakan ketika sedang membaca buku ini. Membuat hati terasa nyaman dan ringan ketika membaca tiap chapter yang ada. Terdapat 8 chapter yaitu (1) Rest, (2) Mindfulness, (3) Passion, (4) Relationships, (5) Love, (6) Life, (7) The Future, (8) Spirituality. Keseluruhan chapter pastinya bisa dibilang penting tapi aku akan mereview beberapa saja supaya kalian makin penasaran baca buku ini.  Chapter 1 - Rest Bila kalian sering merasa kesulitan mengendalikan emosi negatif, seperti anger

Review Novel - Distance (11.369 km untuk satu cinta) by Icha Ayu





Judul : Distance (11.369 Km Untuk Satu Cinta)
Penulis : Icha Ayu
Halaman : 177 hlm
Cetak : Agustus 2014 (cetakan pertama)
Penerbit : Stiletto Book, CV. Diandra Primamitra Media, Yogyakarta
ISBN : 978-602-7572-30-0

Rating : ****  -dari 5 bintang

Alhamdulillah…Kali ini masih dalam rangka memenangkan blog tour giveaway #distance via Twitter yang diadakan oleh Stiletto Book. Mungkin karena hasil giveaway itulah akhirnya aku selalu berusaha baca expres, merasa punya tanggungan. Makanya aku akan memberikan review sebagai wujud timbal balik dan ucapan terima kasih untuk Stiletto Book, Icha Ayu, dan Ranny Affandi (blog tour).

Sinopsis
        Menceritakan tentang Kirana, seorang mahasiswi asal Jakarta yang mengikuti short course program di Jenewa. Tentu bukan semata menimba ilmu tetapi dalam rangka mewujudkan mimpi untuk dapat berpetualang di Eropa. Pertemuan antara orang-orang dari berbagai penjuru dunia yang terbina secara natural. Dalam waktu singkat menumbuhkan hubungan yang mendalam menjadi persahabatan. Namun ada hal yang lebih mengejutkan timbul di tengah persahabatan itu. Siapa yang menyangka debaran tidak hanya terselip di hati tapi telah menggoyahkan dunia Kirana. Emmanuel, lelaki keturunan Perancis yang menjadi teman pulang Kirana. Tiap langkah kebersamaan membawa mereka semakin jatuh dalam perasaan cinta. Namun tidak sesederhana itu cinta antara dua insan yang terpisah 11.369 Km (Indonesia – Perancis), berbeda suku budaya, dan berbeda keyakinan. Akankan perbedaan tersebut dapat mereka persatukan atau justru semakin menjauhkan mereka?

Review
         Lagi-lagi alur cerita yang digunakan adalah maju-mundur, sepertinya memang alur ini menimbulkan ketertarikan tersendiri karena bisa bikin penasaran. Alur cerita yang ringan bertemakan kehidupan percintaan yang dipadukan dengan bumbu pengetahuan tentang Eropa. Aku bisa merasakan kentalnya nuasa Eropa melalui tulisan Mbak Icha, mungkin karena ia sungguh memiliki pengalaman berkunjung kesana. Hal ini dapat dilihat dari cara penulis mendeskripsikan latar belakang secara detail bahkan terdapat beberapa foto yang dilampirkan. Seolah novel ini seperti sebuah kisah nyata.

         Tidak seperti kebanyakan novel tentang serunya tahap pendekatan, novel ini justru menceritakan kehidupan cinta yang telah berjalan antara Kirana dan Manu yang berbeda budaya, negara dan prinsip. Melihat hal tersebut sudah tampak bahwa konflik pasti timbul karena perbedaan yang mereka miliki. Mengangkat sebuah topik yang banyak terjadi dalam kehidupan nyata memang selalu bisa membuat pembaca mudah larut dalam emosi yang dibentuk dalam novel ini. Apalagi bagi pembaca yang merasa pernah memiliki pengalaman pribadi.

         Sedikit kekurangan terdapat dalam hal redaksional, yaitu terdapat papa halaman 119, 134, 142 dan 162. Kesalahan penulisan yang cukup disayangkan memang, semoga untuk cetakan selanjutnya dapat diperbaiki. Menurutku ceritanya kurang mempermainkan emosi, jadi kurang gregetnya. Menurut skala emosi, novel ini membuat mata pembaca berkaca-kaca. Mungkin karena penciptaan konflik dan penyelesaian yang cukup singkat. Permasalahan yang diangkat memang berat tapi penulis menceritakan dengan sederhana. Dari berbagai novel yang telah aku baca, akan lebih menarik bila konflik dibuat lebih complicated. Sehingga bisa membuat mood pembaca naik turun seperti roller coaster, merasakan marah, tercekat, menangis maupun bahagia. Atau mungkin penulis sengaja membuat buku pertama lebih ringan, karena aku juga belum membaca sekuelnya. Tapi secara keseluruhan aku akan memberi rating 4 bintang, karena aku suka cara penulis dalam menuangkan cerita.

          Hal yang membuatku menyukai novel ini adalah kita bisa sedikit tahu tentang bahasa Perancis, mengenal budaya yang jauh berbeda dengan Indonesia dan memahami  pengetahuan tentang Eropa. Mungkin ada juga beberapa tips bagi yang ingin traveling atau bahkan mencoba hidup di Eropa. Ada hal menarik lainnya yaitu tentang beberapa ungkapan dan argumen yang dapat membuat kita bisa melihat suatu permasalahan sudut pandang berbeda. Salah satu contoh kutipan favoritku di novel ini adalah  Pour se melanger c’est facile, il suffit d’etre simple – Untuk (bisa) bersatu itu mudah, kita hanya perlu untuk menjadi sederhana”. Selanjutnya semoga aku bisa me-review seri yang ke-2, yaitu “Remember Paris”.

Komentar

Posting Komentar