Judul : Distance (11.369 Km Untuk Satu Cinta)
Penulis : Icha Ayu
Halaman : 177 hlm
Cetak : Agustus 2014 (cetakan pertama)
Penerbit : Stiletto Book, CV. Diandra Primamitra Media,
Yogyakarta
ISBN : 978-602-7572-30-0
Rating : **** -dari 5 bintang
Alhamdulillah…Kali ini masih dalam rangka memenangkan blog
tour giveaway #distance via Twitter yang diadakan oleh Stiletto Book. Mungkin karena
hasil giveaway itulah akhirnya aku selalu berusaha baca expres, merasa punya
tanggungan. Makanya aku akan memberikan review sebagai wujud timbal balik dan
ucapan terima kasih untuk Stiletto Book, Icha Ayu, dan Ranny Affandi (blog
tour).
Sinopsis
Menceritakan tentang Kirana, seorang mahasiswi asal Jakarta
yang mengikuti short course program di Jenewa. Tentu bukan semata menimba ilmu
tetapi dalam rangka mewujudkan mimpi untuk dapat berpetualang di Eropa. Pertemuan
antara orang-orang dari berbagai penjuru dunia yang terbina secara natural.
Dalam waktu singkat menumbuhkan hubungan yang mendalam menjadi persahabatan.
Namun ada hal yang lebih mengejutkan timbul di tengah persahabatan itu. Siapa
yang menyangka debaran tidak hanya terselip di hati tapi telah menggoyahkan
dunia Kirana. Emmanuel, lelaki keturunan Perancis yang menjadi teman pulang
Kirana. Tiap langkah kebersamaan membawa mereka semakin jatuh dalam perasaan
cinta. Namun tidak sesederhana itu cinta antara dua insan yang terpisah 11.369
Km (Indonesia – Perancis), berbeda suku budaya, dan berbeda keyakinan. Akankan
perbedaan tersebut dapat mereka persatukan atau justru semakin menjauhkan
mereka?
Review
Lagi-lagi alur cerita yang digunakan adalah maju-mundur, sepertinya
memang alur ini menimbulkan ketertarikan tersendiri karena bisa bikin
penasaran. Alur cerita yang ringan bertemakan kehidupan percintaan yang
dipadukan dengan bumbu pengetahuan tentang Eropa. Aku bisa merasakan kentalnya
nuasa Eropa melalui tulisan Mbak Icha, mungkin karena ia sungguh memiliki
pengalaman berkunjung kesana. Hal ini dapat dilihat dari cara penulis
mendeskripsikan latar belakang secara detail bahkan terdapat beberapa foto yang
dilampirkan. Seolah novel ini seperti sebuah kisah nyata.
Tidak seperti kebanyakan novel tentang serunya tahap
pendekatan, novel ini justru menceritakan kehidupan cinta yang telah berjalan
antara Kirana dan Manu yang berbeda budaya, negara dan prinsip. Melihat hal
tersebut sudah tampak bahwa konflik pasti timbul karena perbedaan yang mereka
miliki. Mengangkat sebuah topik yang banyak terjadi dalam kehidupan nyata
memang selalu bisa membuat pembaca mudah larut dalam emosi yang dibentuk dalam
novel ini. Apalagi bagi pembaca yang merasa pernah memiliki pengalaman pribadi.
Sedikit kekurangan terdapat dalam hal redaksional, yaitu
terdapat papa halaman 119, 134, 142 dan 162. Kesalahan penulisan yang cukup
disayangkan memang, semoga untuk cetakan selanjutnya dapat diperbaiki. Menurutku ceritanya kurang mempermainkan emosi, jadi kurang gregetnya. Menurut skala emosi, novel ini membuat mata pembaca berkaca-kaca. Mungkin karena penciptaan konflik dan penyelesaian yang cukup singkat. Permasalahan yang diangkat memang berat tapi penulis menceritakan dengan sederhana. Dari berbagai novel yang telah aku baca, akan lebih menarik bila konflik dibuat lebih complicated. Sehingga bisa membuat mood pembaca naik turun seperti roller coaster, merasakan marah, tercekat, menangis maupun bahagia. Atau mungkin penulis sengaja membuat buku pertama lebih ringan, karena aku juga belum membaca sekuelnya. Tapi secara keseluruhan aku akan memberi rating 4 bintang, karena aku suka cara penulis dalam menuangkan cerita.
Hal yang
membuatku menyukai novel ini adalah kita bisa sedikit tahu tentang bahasa
Perancis, mengenal budaya yang jauh berbeda dengan Indonesia dan memahami pengetahuan tentang Eropa. Mungkin ada juga
beberapa tips bagi yang ingin traveling
atau bahkan mencoba hidup di Eropa. Ada hal menarik lainnya yaitu tentang
beberapa ungkapan dan argumen yang dapat membuat kita bisa melihat suatu
permasalahan sudut pandang berbeda. Salah satu contoh kutipan favoritku di
novel ini adalah “Pour se melanger c’est facile, il suffit d’etre simple – Untuk (bisa)
bersatu itu mudah, kita hanya perlu untuk menjadi sederhana”. Selanjutnya semoga aku bisa me-review seri yang ke-2, yaitu “Remember Paris”.
Makasih banyak atas reviewnya :)
BalasHapus