Judul : Diary Princesa
Penulis : Swistien Kustantyana
Halaman : 250 hlm, 13 x 19 cm
Cetak : Februari 2014 (cetakan pertama)
Penerbit : Ice Cube, PT. Gramedia, Jakarta
ISBN : 978-979-91-0679-7
Rating : (***) -dari 5 bintang
Pertama-tama aku mau mengucapkan terima kasih untuk penulis
novel ini, Swistien Kustantyana yang Alhamdulillah telah memilih aku sebagai pemenang
#GiveawayDiaryPrincesa. Lebih spesial lagi karena dapat sign-nya pula. Makanya sebagai wujud ucapan terima kasih aku
bela-belain baca ekspres dalam waktu 2 hari 1 malam. Kebetulan juga harus menghabiskan
banyak waktu di kasur karena lagi sakit jadi novel ini bisa jadi penghibur.
Yukk, langsung deh aku bahas “Diary Princesa”. Tenang aja, aku nggak akan
membongkar semua ceritanya, jadi yang belum baca novelnya bisa penasaran dan
ingin baca sendiri.
Sinopsis
Menceritakan tentang Princesa seorang gadis cantik, pandai
dan baik hati. Kalau dibayangkan bisa mendekati manusia paling sempurna yang
ada di muka bumi. Menyadari segala potensi yang dimiliki, tidak ada alasan bagi
Princesa untuk tidak memiliki kepercayaan diri. Sekian banyak lelaki memuja
kesempurnaan Princesa, tapi Nathan si tampan nan baik hati yang dicintai
Princesa justru menggilai orang lain. Princesa tidak habis pikir bagaimana bisa
binar mata Nathan terpancar untuk gadis lain dan bukan untuk jelmaan bidadari
macam Princesa. Princesa tidak hanya sering memikirkan tentang Nathan tetapi semakin
lama juga tercurah pada Jinan.
Jinan adalah kakak perempuan Princesa yang juga digilai
Nathan. Secara fisik dan kepandaian jelas berbeda dengan adiknya dan terlebih
lagi memiliki kepribadian yang absurd. Jinan seperti hidup di dunia sendiri
apalagi dengan segala tingkahnya yang seringkali terinspirasi dari buku dan
film yang dia sukai. Jinan bisa dibilang mudah ditebak karena ekspresif tapi juga
sulit ditebak karena emosinya yang bisa berubah. Saat sedang sedih Jinan bahkan
bisa membahayakan dirinya sendiri. Princesa terkadang lelah dengan sikap Jinan,
tapi disisi lain hanya Jinan satu-satunya orang di rumah yang peduli padanya. Dan
tanpa disadari sesungguhnya Jinan tidak seburuk itu, dia rela selalu mengalah dan
melindungi Princesa.
Konflik muncul mulai dari kisah cinta dilematis yang dialami
masing-masing tokoh, perang batin Princesa antara tetap menjadi gadis manis
atau sebaliknya, belum lagi masalah yang mendera keluarga Princesa dan Jinan
karena perselingkuhan orang tuanya. Ditengah badai itulah secara perlahan
berbagai petir kenyataan menyambar kehidupan yang dulu sepertinya tampak cerah
tak berawan. Akankah ini menjadi ujian yang menguatkan Princesa dan Jinan? Atau
justru semakin merenggangkan ikatan persaudaraan mereka?
Review
Membaca novel ini membuatku merasa seperti sedang membaca
buku harian, cocoklah dengan judulnya. Perwatakan tokoh serta latar belakang waktu
dan tempat dideskripsikan dengan jelas. Ini memudahkan aku untuk berimajinasi
dengan lebih spesifik. Sudut pandang Princesa sebagai orang pertama membuat aku
bisa terhayut dalam tiap perasaan yang Princesa rasakan. Dari kejujuran emosi
itulah yang bisa membuatku simpati, jengkel tapi juga bingung dengan tingkah
para tokoh. Yang cukup membuat novel ini tidak biasa adalah flashback yang tersisip di tiap bab yang
ada sehingga membuatku makin memahami kepribadian masing-masing tokoh secara
perlahan. Pembaca seolah sedang membaca kisah nyata akan hidup yang tidak
selamanya berjalan mulus.
Penciptaan konflik seperti dam yang ambrol kalau kata tokoh Jinan dalam novel ini, begitu
bertubi-tubi pada bagian klimaks, bisa bikin 'bombay ' *baca: nangis. Aku berharap penulisnya membuat sekuel
tentang kelanjutan kisah Princesa. Atau mungkin mempertimbangkan untuk
memperpanjang cerita dari sudut pandang Jinan, jadi judulnya “Diary Jinan”
hehe. Namun hal yang menurutku menjadi
kelemahan adalah sejak awal perasaan Princesa dan Nathan telah terungkap.
Sehingga mungkin tidak hanya aku tetapi para pembaca lainnya dapat
memperkirakan bahwa hal tersebut cepat atau lambat menimbulkan perang saudara.
Mungkin untuk selanjutnya bisa dibuat agar ceritanya membuat pembaca semakin
penasaran tanpa bisa membayangkan apa yang akan terjadi nantinya.
Komentar
Posting Komentar