Judul : Bingkai Memori
Penulis : Petronela Putri
Halaman : 216 hlm, 18 cm
Cetak : 2014 (cetakan pertama)
Penerbit : Grasindo (PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia), Jakarta
ISBN : 978-602-251-721-4
Rating
: (***) -dari 5
bintang
Ini adalah buku kesekian
yang aku menangkan dari giveaway di Twitter. Kali ini aku
beruntung mendapatkannya dari giveaway yang diadakan Klub Buku Malang. Thanks
to Klub Buku Malang. Berdasarkan kronologis di Instagram sih sudah 39
weeks ago saat aku mem-posting buku ini. Astaga parahhh hehe.
Maaf juga karena setelah sekian lama akhirnya baru sekarang aku bisa menuliskan
resensi tentang novel ini.
Sinopsis
Menceritakan tentang Mei
dengan rasa keingintahuannya akan masa lalu sang Ayah. Hal ini justru bermula
belum lama setelah Ayah meninggal dunia. Mei menemukan sebuah jurnal pribadi
saat sedang merapikan barang-barang milik Ayah. Jurnal pribadi milik Ayah yang
berisi cerita-cerita saat beliau masih muda. Mei menemukan surat-surat dari
seorang wanita dari masa lalu Ayah. Rasa penasaran semakin timbul saat sebuah
foto hitam putih memperlihatkan seorang wanita dengan senyum tipis yang penuh
kegetiran. Apalagi saat Mei menyadari ada kemiripan antara nama wanita tersebut
dengan dirinya. Bagaimana bisa selama ini Ayah masih mencintai wanita tersebut.
Lalu bagaimana dengan sosok Mama yang selama ini setia mendampingi Ayah.
Bagaimana bisa Ayah menghabiskan hidupnya bersama Mama sedangkan hatinya masih
tersimpan untuk wanita masa lalu tersebut. Sebenarnya siapa wanita dalam foto
tersebut? Mei memutuskan cuti dari pekerjaannya dan pergi ke Padang tanpa
sepengetahuan keluarga dan Prima.
Review
Jujur aku tidak terlalu
menyukai novel ini karena terasa flat. Di awal cerita sudah disuguhi
dengan konflik sang pemeran utama, Mei. Mei yang sedang berduka atas kepergian
Ayahnya. Prima kekasihnya yang lebih mementingkan urusan pekerjaan dibandingkan
dirinya. Menurutku tidak ada yang salah tentang ide cerita dari novel ini. Ide
tentang menguak rahasia masa lalu Ayahnya yang bermula dari sebuah buku diary.
Justru ide cerita ini yang bagus untuk dikembangkan, hanya saja alurnya terasa
lambat buatku. Kurang mempermainkan emosi kalau kataku. Walaupun sikap Mei yang
keras kepala cukup bikin gemas dan membuat konflik sederhana menjadi memanas.
Contohnya tiap pertengkarannya dengan Prima yang menurutnya kurang perhatian
pada Mei.
Menurutku seharusnya ending-nya
bisa dibuat lebih dramatis lagi. Karena aku gagal mendapatkan klimaks dari
novel ini. Sangat disayangkan sebenarnya, mungkin karena ekspektasiku sudah
terlalu tinggi kerena ide cerita yang bagus. Tapi aku suka cara Petronela yang
secara bertahap mengungkapkan cerita bagai teka-teki potongan-potongan puzzle
yang harus aku susun sendiri. Hingga pada akhirnya terungkaplah misteri puzzle
yang berhasil membuatku penasaran. Bagi para pembaca suka novel dengan unsur
teka-teki, konsep keluarga dan tidak melulu tentang romance, mungkin
akan menyukai novel ini. Selamat membaca :)
Komentar
Posting Komentar